, Philippines
350 views
Photo by Tessa Distor.

Para CEO bank digital Filipina menonjolkan pemasaran, pola pikir, kemitraan untuk mendisrupsi perbankan

Mereka memanfaatkan model pembayaran lama dan kemitraan untuk memperluas operasi.

Bagi bank-bank digital terbaru di Filipina, peluncuran bank digital di negara tersebut merupakan sebuah lompatan besar terutama karena mereka harus membantu menciptakan konsep tersebut.

“Ada banyak hal yang belum diketahui saat kami memulainya karena kategori izin bank digital belum ada. Kami sebenarnya bekerja sama dengan BSP dalam mode sandbox, kami bersama-sama menciptakan konsep lisensi digital,” CEO Tonik Bank Greg Krasnov mengatakan kepada peserta Asian Banking & Finance Forum yang diadakan di Shangri-La The Fort, Manila.

Krasnov didampingi oleh Presiden Bank Maya Angelo Madrid dan CEO serta Presiden GoTyme Bank Nate Clarke pada diskusi panel, yang membahas seputar disrupsi dan inovasi yang dibawa oleh bank digital di negara tersebut. Alvin Dave Pusing, Direktur, Layanan Keuangan dan Konsultasi Risiko di PwC bertindak sebagai moderator panel.

Mindset yang tepat, model yang benar

Madrid mengenang bagaimana dia memanfaatkan perannya di Maya Bank untuk menanamkan mindset  teknologi yang diperlukan dalam membangun bank digital yang sukses di Filipina.

Selain mindset, penerapan model yang tepat juga diperlukan untuk meningkatkan skala. Dalam kasus Maya, mereka mengembangkan aplikasi pembayaran dari pendahulunya, PayMaya.

“Kami menciptakan model keuangan yang kami tanamkan di mana kami seakan0akan berada di dalam atau diselipkan di antara ekosistem pembayaran. Jadi nasabah tidak akan dihapus dari hubungan yang mereka miliki saat ini atau perilaku pembayaran,” kata Madrid.

Madrid secara khusus menyoroti lapisan-lapisan yang terlibat dalam perbankan digital dan loyalitas nasabah: pertama, kepercayaan masyarakat Filipina terhadap rekening berbasis telepon; kedua, kemampuan untuk menggunakan lapisan data yang diperoleh untuk memahami akun dan perilaku konsumen.

Dari sini, Maya membangun model keuangan tertanamnya, yang kembali ke akarnya sebagai aplikasi pembayaran. Hal ini membantu untuk tidak mengasingkan mantan nasabah mereka serta memanfaatkan perilaku pembayaran digital yang sudah ada sebelumnya yang dimiliki masyarakat Filipina.

“Itulah kuncinya, untuk menanamkan pengalaman dalam ekosistem tersebut. Visinya adalah untuk terus membangun pengalaman yang tertanam,” kata Madrid.

Kemitraan

Sementara itu, GoTyme Bank, mengadaptasi model hibrida: mereka bekerja sama dengan saluran ritel fisik untuk menjangkau nasabah.

“Dua pertiga dari nasabah kami benar-benar datang dan mendaftar melalui saluran ritel fisik atau gedung perkantoran,” kata Clarke, seraya menjelaskan bahwa mereka memiliki tempat pendaftaran dan kios di 400 lokasi di seluruh negeri. Lokasi-lokasi ini memiliki duta yang akan membantu nasabah mengunduh aplikasi dan membuat rekening bank baru.

Kemitraan adalah inti dari operasi GoTyme, dan Clarke berbagi bahwa mereka memiliki orang-orang tertentu di bank yang berfokus pada kemitraan dan menciptakan model komersial yang menawarkan insentif yang tepat bagi nasabah.

“Jadi sudah menjadi DNA kami untuk dipimpin oleh mitra,” kata Clarke.

Sebagai contoh, Clarke mencatat program loyalitas ritel Go Rewards, yang berafiliasi dengan mereka. Ketika nasabah mendaftar akun GoTyme, GoTyme akan secara otomatis membuka akun Go Rewards untuk nasabah tersebut; jika mereka sudah memiliki akun hadiah, akun tersebut akan digabungkan.

Taktik pemasaran baru

Krasnov memuji pendekatan pemasaran Tonik Bank yang unik.

“Kam mengambil pendekatan yang sangat berbeda dalam branding promosi. Saya rasa tidak ada bank mana pun di Filipina yang pernah menggunakan pendekatan yang lucu, humoris seperti  FMCG untuk branding mereka,” Krasnov berbagi. “Saya sangat senang melihat sebagian besar hal ini behasil dengan baik.”

Saat ini, Tonik Bank sedang berupaya untuk meningkatkan portofolio pinjamannya, yang merupakan penanda perjalanan profitabilitas yang akan dilakukan bank tersebut. Sejauh ini, mereka telah mengerjakan hal ini selama satu setengah tahun, kata Krasov.

“Dalam bidang pembiayaan konsumen, di mana kami menjangkau orang-orang yang belum pernah menggunakan layanan perbankan sebelumnya, maka perlu meluangkan waktu untuk benar-benar membangun model kredit, akuisisi nasabah, dan profitabilitas,” katanya.

[Bahasa] Greenwashing in banking: real concern or overblown issue?

Reputational risks abound for those who drag their feet about sustainability or engage in greenwashing.

[Bahasa] Testing HDFC Bank names new chief of internal vigilance

Sachin Suryakant Rane was a senior police inspector before joining the bank.

[INDONESIA]Testing Article schedule

The text to display in the title bar of a visitor's web browser when they view this page.

Para CEO bank digital Filipina menonjolkan pemasaran, pola pikir, kemitraan untuk mendisrupsi perbankan

Mereka memanfaatkan model pembayaran lama dan kemitraan untuk memperluas operasi.

Bank sentral: Filipina berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan pembayaran digital

Hampir 4 dari 10 warga Filipina kini memiliki rekening uang elektronik, kata Wakil Gubernur Tangonan.

Bank Rakyat Indonesia menerbitkan obligasi ramah lingkungan baru senilai IDR6t

Hal ini sejalan dengan komitmen BRI terhadap keuangan berkelanjutan.

Eksekutif: BPI berencana mengalihkan peran agen cabang dari transaksi menjadi penasihat

Presiden dan CEO TG Limcaoco mengatakan bahwa BPI ingin agen cabang mereka menghabiskan 70% waktunya untuk memberikan nasihat kepada klien.

Mengapa bank di masa depan sebenarnya bukan bank

Toh Su Mei dari ANEXT Bank mengungkapkan bagaimana mereka menata ulang perbankan untuk usaha kecil dan menengah.

Analis: Bagaimana disrupsi teknologi dan inovasi branding membentuk masa depan keuangan

Sesi siang ABF Summit 2023 menyaksikan para analis dan bankir mengeksplorasi mengapa teknologi dan pemasaran penting bagi lembaga keuangan.